Di era digital ini, Generasi Z (Gen Z) tumbuh dengan teknologi yang terus berkembang, termasuk kecerdasan buatan (AI). Menurut survei Google, 43% Gen Z di Indonesia sudah melek AI dan mulai mengadopsinya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, Ketergantungan Gen Z pada AI yang berlebihan menimbulkan kekhawatiran bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreativitas Gen Z dapat terpengaruh.
Seiring dengan semakin terintegrasinya AI dalam kehidupan sehari-hari, tantangan ini semakin besar. Oleh karena itu, pemangku kepentingan pendidikan seperti universitas, sekolah, dan institusi pendidikan lainnya perlu bekerja sama untuk menciptakan strategi yang efektif untuk memposisikan AI sebagai pendamping yang membantu, bukan sebagai alat yang memicu ketergantungan.
AI dapat menyederhanakan tugas-tugas kompleks dan memberikan solusi cepat. Misalnya, dalam pendidikan, AI membantu dalam penelitian, menghasilkan wawasan, dan bahkan membantu memecahkan masalah yang rumit. Namun, dampak negatifnya adalah munculnya ketergantungan. Ketergantungan Gen Z pada AI dapat mengurangi kemauan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta memecahkan masalah secara mandiri.
Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, 72% remaja merasa mereka terlalu bergantung pada teknologi, termasuk AI, untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Dalam konteks ini, pendidik perlu merancang strategi untuk mengurangi ketergantungan pada AI. Beberapa cara untuk mencapainya antara lain:
Sosialisasi Penggunaan AI yang Etis dan Bertanggung Jawab
Mengajarkan siswa tentang etika penggunaan AI dan bagaimana menggunakannya dengan bijak. Ini mencakup pemahaman terhadap keterbatasan AI dan mengetahui kapan harus mengandalkan kemampuan diri sendiri.
Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif
Menggunakan AI sebagai alat untuk brainstorming dan pengembangan ide, bukan sebagai solusi akhir. Dengan mengintegrasikan teknologi dengan pendekatan tradisional, menggabungkan metode pengajaran konvensional dengan teknologi AI dapat memberikan keseimbangan yang mendukung pembelajaran dengan AI sambil menekankan pentingnya penelitian manual dan analisis kritis.
Kolaborasi Antara Industri dan Pendidikan
Industri teknologi dan institusi pendidikan harus berkolaborasi untuk menciptakan alat dan program yang mendorong penggunaan AI yang bertanggung jawab. Ini melibatkan promosi teknologi AI yang mendukung pembelajaran aktif, bukan hanya memberikan jawaban instan.
Sebuah laporan dari McKinsey menyebutkan bahwa 70% perusahaan teknologi berkolaborasi dengan institusi pendidikan untuk mengembangkan program yang mendukung penggunaan AI yang sehat dan bertanggung jawab.
AI akan terus menjadi bagian dari kehidupan Gen Z, baik dalam pendidikan maupun dunia kerja. Tantangan bagi kita semua adalah memastikan bahwa AI digunakan sebagai alat yang membantu dan memfasilitasi perkembangan pribadi dan profesional, bukan sebagai kruk yang melemahkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Dengan strategi yang tepat, kita dapat membimbing Gen Z untuk memanfaatkan AI dengan bijak dan bertanggung jawab, menjadikan AI sebagai pendamping dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang cerah.
TENTANG MIMIN
Mimin adalah platform yang membantu bisnis menciptakan conversational customer journey dengan Artificial Intelligence. Dengan Mimin, pelaku usaha dapat dengan mudah membangun chat journey dan menciptakan customer experience yang baik bagi pelanggan.
Aplikasi yang dapat dihasilkan, adalah antara lain, kemudahan untuk menjalankan chat commerce, chat campaign, customer automation, omnichannel inbox, dan chatbot berbasis Generative-AI.
Dengan Mimin, pelaku usaha dapat memberikan pengalaman pelanggan yang unggul, memperkuat hubungan dengan pelanggan dan membangun loyalitas pelanggan yang lebih kuat.
Ketahui lebih lanjut mengenai Mimin dengan menghubungi kontak di bawah ini:
Mimin
PT. Admin Pintar Kita
Graha Charis Siem
Jl. Tanah Abang 5 No. 21, Central Jakarta
Phone: +62 856 0322 5212Email: halo@mimin.io