Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan menjadi bagian integral dari berbagai bisnis dan organisasi. Namun demikian, banyak kasus di mana AI menghasilkan keputusan yang bias, melanggar privasi, atau bahkan berdampak negatif pada lingkungan. Sebagai contoh, pada tahun 2018, Amazon mendapat kecaman karena alat rekrutmen AI-nya mendiskriminasi perempuan dengan menurunkan nilai resume yang mencantumkan kata “wanita”.
Oleh karena itu, etika AI menjadi hal yang krusial. Prinsip moral ini memastikan pengembangan dan penggunaan AI dilakukan secara bertanggung jawab, aman, manusiawi, dan ramah lingkungan. Dengan menerapkannya, bisnis dapat memaksimalkan manfaat AI sekaligus meminimalkan dampak negatifnya.
Apa Itu Etika AI?
Etika AI adalah panduan prinsip-prinsip yang digunakan oleh para pemangku kepentingan, mulai dari insinyur hingga pejabat pemerintah, untuk memastikan bahwa teknologi AI dikembangkan dan digunakan dengan bertanggung jawab. Secara umum, etika ini melibatkan pendekatan yang aman, aman, manusiawi, dan ramah lingkungan terhadap AI. Kode etik AI yang kuat dapat mencakup penghindaran bias, perlindungan privasi pengguna dan data mereka, serta mitigasi risiko lingkungan.
Mengapa Etika AI Penting?
Etika AI penting karena teknologi AI dirancang untuk mendukung atau menggantikan kecerdasan manusia. Akan tetapi, jika teknologi ini dikembangkan dengan data yang bias atau tidak akurat, dampaknya bisa merugikan, terutama bagi kelompok yang terpinggirkan. Disamping itu, jika algoritma AI dan model pembelajaran mesin dibangun terlalu cepat tanpa mempertimbangkan etika, akan sulit bagi insinyur dan manajer produk untuk memperbaiki bias yang sudah dipelajari.
Tantangan Etika AI
– Bias AI: AI yang tidak mengumpulkan data yang mewakili populasi secara akurat bisa menghasilkan keputusan yang bias. Contohnya, alat rekrutmen Amazon yang mendiskriminasi perempuan.
– Privasi: AI mengandalkan data yang diambil dari pencarian internet, foto media sosial, dan pembelian online, yang sering kali dilakukan tanpa persetujuan yang jelas dari individu.
– Lingkungan: Model AI besar membutuhkan banyak energi untuk dilatih, sehingga menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.
Menuju Pengembangan AI yang Bertanggung Jawab
Untuk menciptakan AI yang lebih etis, kita perlu melihat lebih dekat implikasi etika dari kebijakan, pendidikan, dan teknologi. Kerangka regulasi dapat memastikan bahwa teknologi ini memberikan manfaat bagi masyarakat daripada merugikannya. Di seluruh dunia, pemerintah mulai menerapkan kebijakan untuk AI yang etis, termasuk bagaimana perusahaan harus menangani masalah hukum jika terjadi bias atau dampak negatif lainnya.
Selain itu, setiap individu yang berinteraksi dengan AI harus memahami risiko dan dampak negatif dari AI yang tidak etis. Dengan menciptakan dan menyebarkan sumber daya yang dapat diakses, kita dapat mengurangi risiko ini. Melalui kerja sama antara akademisi, pemerintah, organisasi non-profit, dan perusahaan swasta, kita dapat memastikan bahwa AI dikembangkan dan digunakan secara etis, memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat sambil meminimalkan dampak negatifnya.
TENTANG MIMIN
Mimin adalah platform yang membantu bisnis menciptakan conversational customer journey dengan Artificial Intelligence. Dengan Mimin, pelaku usaha dapat dengan mudah membangun chat journey dan menciptakan customer experience yang baik bagi pelanggan.
Aplikasi yang dapat dihasilkan, adalah antara lain, kemudahan untuk menjalankan chat commerce, chat campaign, customer automation, omnichannel inbox, dan chatbot berbasis Generative-AI.
Dengan Mimin, pelaku usaha dapat memberikan pengalaman pelanggan yang unggul, memperkuat hubungan dengan pelanggan dan membangun loyalitas pelanggan yang lebih kuat.
Ketahui lebih lanjut mengenai Mimin dengan menghubungi kontak di bawah ini:
Mimin
PT. Admin Pintar Kita
Graha Charis Siem
Jl. Tanah Abang 5 No. 21, Central Jakarta
Phone: +62 856 0322 5212
Email: halo@mimin.io
